FILSAFAT DAN AGAMA

FILSAFAT DAN AGAMA

Kita sudah mengetahui arti kata Filsafat dari postingan saya kemarin. Namun kini timbul satu pertanyaan, adakah hubungan esensial antara filsafat dengan agama?

Pertanyaan semacam ini timbul karena dalam sejarah kita mengetahui bahwa filsafat banyak menghadapi kekejaman, kekerasan dan penindasan dari sebagian pemuka agama yang fanatik.

Sejarah juga telah memperlihatkan usaha sebagian filsuf khususnya pada masa kebangkitan Eropa (Renaissance) untuk membebaskan diri dari kungkungan agama.

Mereka melarikan diri dari jalan keimanan dan tersesat di tengah-tengah kerancuan berfikir yang sedikit banyak telah menjauhkan mereka dari agama Tuhan.

Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam....ciyeeee baper😂

Sejak dini, kita bisa mengatakan bahwa tidak pernah ada pertentangan antara filsafat dengan agama. Bahkan, dalam pandangan sebagian filsuf khususnya para filsuf muslim, berfilsafat dapat menopang keimanan.

Di sisi lain, keimanan dan keberagamaan tidak melarang seseorang untuk berflkir produktif, kreatif dan inovatif. Maka bisa saja seseorang menjadi filsuf yang inovatif sekaligus sebagai orang yang taat beragama, seperti Thomas Aquinas dari kalangan Nasrani Eropa pada abad pertengahan, serta ulama-ulama kalam (para Mutakallimin) dari kalangan pemikir muslim yang merepresentasikan integrasi antara berfilsafat yang benar dengan keberagamaan yang mantap.

Lalu Apa Arti Agama?

Kata agama disini bukan dalam pengertian yang luas, seperti yang dipahami oleh sebagian pemikir Eropa yang menggunakan istilah agama dalam pengertian “segala bentuk kepercayaan manusia, termasuk yang bersifat khurafat (tahayyul) dan banyak berkembang sejak zaman kuno dalam masyarakat primitif dan masyarakat beradab”.

Namun disini, kita membatasi pengertian agama pada agama-agama samawi yang diterima manusia melalui wahyu yang turun dari langit dengan perantara malaikat Jibril dan dibawa oleh para rasul Allah. Inilah arti yang sebenarnya dari kata agama.

Eits, bukan berarti saya yang paling benar loh sahabat, ini hanya hasil dari apa yang saya pahami setelah membaca😂😁

Jika kita hendak mencari definisi agama yang sesuai dengan batasan di atas, dalam salah satu kamus Arab disebutkan: “Agama adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan Ilahi tersebut kepada kebaikan hidup dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat”.

Berdasarkan definisi tersebut, ada beberapa kriteria yang kita dapati dalam sebuah agama, yaitu:

a. Agama adalah sebuah sistem yang datang dari langit (Tuhan)

b. Tujuan agama adalah mengarahkan dan membimbing akal manusia

c. Dasar beragama adalah kebebasan pilihan

d. Agama wahyu membawa kebaikan hidup di dunia dan akhirat

Pendefinisian agama tersebut tidak akan sempurna tanpa melihat pokok-pokok akidah keagamaan yang benar, yang dapat dirangkum sebagai berikut :

a. Kepercayaan terhadap satu Tuhan yang Maha Kuasa dan Bijaksana, terbebas dari kemiripan dengan makhluk, serta tak berawal ataupun berakhir dalam wujudNya.

b. Kepercayaan terhadap wujud alam lain, dimana di dalamnya terdapat makhluk-makhluk dari jenis lain, seperti malaikat dan jin.

c. Kepercayaan terhadap pengutusan para rasul Tuhan untuk mengajarkan manusia bagaimana cara menjalani hidup.

d. Kepercayaan terhadap adanya kehidupan lain setelah kehidupan dunia ini, dimana kita akan dimintai perhitungan dan diberi balasan sesuai dengan amal perbuatan kita. Jika baik dibalas baik, dan jika buruk dibalas buruk."

Keempat dasar diatas merupakan dasar dari semua agama samawi. Jadi sedikit banyak bisa sahabat/i pahamilah😁😂

Terus, Apa Hubungannya Filsafat dengan Agama?

Filsafat Yunani muncul terpisah dari agama Yunani yang penuh dengan khurafat dan mitos. Hal ini berbanding terbalik dengan bangsa Yahudi yang sangat mengagumi filsafat Yunani dan menganggapnya sebagai medan berfikir untuk akal, sambil tetap berpegang pada kitab suci mereka beserta ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya.

Karena itu, mereka berusaha untuk membungkus keyakinan agama mereka dengan pola filsafat. Menurut mereka tujuan filsafat adalah untuk berbakti kepada hidup beragama.

Pada abad-abad pertengahan, bangsa Eropa menjadikan filsafat sebagai sarana untuk mengharmoniskan antara akal dengan apa yang dibawa oleh agama.

Bahkan para ahli teologi di Barat dan ahli kalam di dunia Islam telah menjadikan filsafat sebagai “tameng” pertahanan akidah dengan segala argumentasi rasionalnya.

d. kepercayaan terhadap adanya kehidupan lain setelah kehidupan dunia ini, dimana kita akan dimintai perhitungan dan diberi balasan sesuai dengan

amal perbuatan kita.-Jika baik _dibalas baik, dan jika buruk dibalas buruk."

Keempat dasar diatas merupakan dasar dari semua agama samawi.

Hubungan Filsafat dan Agama

Filsafat Yunani muncul terpisah dari agama Yunani yang penuh dengan khurafat dan mitos. Hal ini berbanding terbalik dengan bangsa Yahudi yang sangat mengagumi filsafat Yunani dan menganggapnya sebagai medan berfikir untuk akal, sambil tetap berpegang pada kitab suci mereka beserta ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya.

Karena itu, mereka berusaha untuk membungkus keyakinan agama mereka dengan pola filsafat. Menurut mereka tujuan filsafat adalah untuk berbakti kepada hidup beragama.

Pada abad-abad pertengahan, bangsa Eropa menjadikan filsafat sebagai sarana untuk mengharmoniskan antara akal dengan apa yang dibawa oleh agama.

Bahkan para ahli teologi di Barat dan ahli kalam di dunia Islam telah menjadikan filsafat sebagai “tameng” pertahanan akidah dengan segala argumentasi rasionalnya.

Namun hubungan antara filsafat dengan agama tidak selalu mulus.

Namanya juga menjalani hubungan, ya pasti ada cobaannyalah, wkwkwkwk ciyeeeee baper lagi😂
Next....😘

Kekuasaan agama selama beberapa lama pernah begitu bengis memusuhi filsafat, misalnya yang terjadi pada masa kebangkitan Eropa (Renaissance) dan pada masa Islam bagi mereka yang fanatik menentang kebebasan berfikir.

Saat itu, mereka ingin membelenggu pemikiran manusia sambil menjadikan diri mereka sebagai “panglima” bagi akal (pemikiran). Dengan begitu, sesungguhnya mereka telah mengotori agama dan ajaran-ajaran luhurnya (karena sesungguhnya agama sangat menghargai akal).

Mereka juga berarti telah mengkhianati filsafat dan ilmu pengetahuan. Jadi pertentangan yang ada bukanlah antara filsafat dengan agama, tetapi antara filsafat dengan para pemuka agama yang fanatik itu.

Namun demikian, pandangan picik sebagian pemuka agama tersebut, tidak melemahkan semangat sebagian besar filsuf untuk terus mempertahankan dan membela filsafat.

René Descartes sebagai orang yang sangat mengagungkan rasio misalnya, sama sekali tidak mau menerima sesuatu yang berkaitan dengan agama, prinsip-prinsip etika dan tradisi sosial.

Baginya, rasiolah yang menentukan corak hidup kemanusiaan. Demikian juga sebagian besar pemuka filsuf abad yang lalu. Banyak di antara mereka yang menolak agama dan ajaran-ajarannya.

Kira-kira demikianlah yang dapat saya share dengan sahabat/i, kalau ada pertanyaan atau komplain silahkan komentar atau hubungi saya secara langsung ya😊

Jangan lupa, like and share😘

Postingan selanjutnya kita akan bahas hubungan antara Filsafat dan Islam. Apakah mereka seriusan? Atau hanya main-main saja?😂

Kita ungkap besok, oke😊

SALAM PERGERAKAN!!!😊

FILSAFAT DAN AGAMA Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Sukabaca

0 $type={blogger}:

Post a Comment

Berikan komentar anda dengan bijak tanpa mengandung unsur SARA