Sebelum melakukan pengkajian tentang filsafat, kita perlu membatasi terlebih dahulu apa pengertian filsafat itu. Dengan demikian kita dapat memahami karakteristik dasarnya, serta mengerti tema-tema filosofis yang nantinya akan kita temui di sepanjang pembahasan artikel blog ini.
Namun, hal itu bukanlah hal yang mudah, karena istilah filsafat tidak dapat dipahami secara utuh sebelum kita mengetahui ruang lingkup kajian dan persoalan-persoalan yang ditanganinya.
Disamping itu, para filsuf sendiri memiliki pandangan yang berbeda mengenai arti, objek, metode tujuan dan nilai filsafat.
Pendefinisian filsafat secara tegas tidak akan mudah dilakukan sekarang. Akan tetapi dengan segala keterbatasan, akan kami bocorkan sedikit arti-arti terpenting dari kata "filsafat".
Ini adalah rahasia yang hanya saya bocorkan padamu sahabat, jadi kamu jangan bocorkan kesiapapun ya, beneran ini rahasia, cuma aku dan kamu yang mengetahui rahasia ini
Arti-arti terpenting dari kata "filsafat" ialah sebagai berikut :
Ingat ini rahasia!!!
1. Filsafat dalam arti Cinta Kebijaksanaan ( Hikmah )
Ini adalah arti derivatif dari kata filsafat. Konon katanya Phytagoras, seorang filsuf Yunani klasik, mengambil kata "filsafat" dari dua kata berbahasa Yunani, yaitu philo dan shopia.
Dalam bahasa Indonesia philo artinya cinta, sedangkan shopia berarti bijaksana. Jadi, kata philoshopia memiliki arti "Cinta kepada Kebijaksanaan".
Sampai disini bisa dipahami dek?
Oke, next...
Orang-orang Yunani sebelum Phytagoras mengartikan shopia sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan pelayaran.
Kemudian, maknanya berkembang dan digunakan sebagai istilah untuk kecakapan dibidang syair dan musik, juga dapat berarti mereka yang memiliki ketajaman pikiran dan perilaku yang baik.
Tidak cukup sampai disitu, pada akhirnya makna ini berkembang lagi dan digunakan untuk menyebut jenis pengetahuan tertinggi, yakni pengetahuan yang dapat mengantarkan kita untuk mengetahui kebenaran murni.
So, jangan cuma mencari pembenaran diri sendiri aja sahabat, kebenaran murni dicari juga dong.
Karena kebijaksanaan ( shopia ) atau pengetahuan tentang kebenaran murni itu merupakan suatu pencapaian yang sulit dilakukan, dimana hanya Allah saja yang mampu melakukannya, maka menurut mbah Phytagoras yang pantas bagi manusia adalah sekedar sebagai "pecinta kebijaksanaan".
Beliau juga menegaskan, "cukuplah seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan kebijaksanaan dan ia berusaha untuk mencapainya".
Kata "philoshopia" kemudian masuk kedalam bahasa Arab menjadi "falsafah", masuk kedalam bahasa Inggris menjadi "philosophy" dan masuk kedalam bahasa Indonesia menjdai "filsafat".
Filsafat menjadi saksi kerendahan hati para filsuf yang tidak mengklaim dirinya sebagai orang yang mengetahui segala hal, melainkan hanya sekedar sebagai para pencari dan pecinta kebijaksanaan.
Oleh sebab itu, filsafat terkait erat dengan pengamatan dan pemikiran rasional.
Dengan demikian, seorang filsuf Yunani yang bernama Plato menggambarkan sosok filsuf sebagai "orang yang sadar ( terjaga ) dan membuka pandangannya terhadap segala hal yang ada di alam eksistensi sambil berusaha untuk memahaminya, sementara orang lain menghabiskan hidupnya dalam keadaan tertidur".
2. Filsafat dalam Arti Umum
Dalam arti ini, filsafat digunakan untuk menyebut berbagai pertanyaan yang muncul dalam pemikiran manusia tentang berbagai kesulitan yang dihadapinya, serta berusaha menemukan solusi yang tepat.
Emmmmm, misalnya ketika kita menanyakan: "siapakah kita?", "dari manakah kita berasal?", "mengapa kita ada di dunia ini?", "apa tujuan kita hidup?", "kemanakah kita setelah mati?", "seperti apakah kebenaran itu?" dan lain sebagainya.
Seperti itulah Aristoteles seorang filsuf Yunani memahami filsafat, ketika ia menyebutnya sebuah nama dari ilmu dalam arti yang paling umum. Pemahaman filsafaf seperti ini kemudian berkembang dan masuk kedalam pemikiran Islam.
Sejalan dengan hal ini, Abu Nashr Al-farabi mengatakan "tidak ada suatu pun di alam ini yang tidak bisa dimasuki oleh filsafat".
3. Filsafat dalam Arti Khusus
Filsafat dalam arti ini, sinonim dengan kata sistem sebuah madzhab tertentu. Arti seperti ini akan langsung terbetik dalam pikiran kita, ketika kata filsafat dengan nama seorang filsuf, misalnya filsafat Aristoteles, filsafat Plato, filsafat Hegel.
Perangkaian kata filsafat dengan nama seorang filsuf tentu mengindikasikan bahwa setiap filsuf dengan aktifitas filsafat yang dilakukannya bermaksud untuk membangun suatu bentuk penasfsiran yang lengkap dan menyeluruh terhadap segala sesuatu.
Seorang filsuf dalam membangun filsafatnya memulai dengan suatu prinsip yang diyakini kebenarannya.
Misal, keyakinan terhadap prinsip yang mengatakan bahwa "asal usul wujud ( Being ) adalah materi, akal, atau kehidupan". Juga keyakinan bahwa "semua jenis pengetahuan merujuk kepada indera, atau kepada akal, atau kepada indera dan akal secara bersamaan".
Dari prinsip yang diyakininya itu, kemudian ia menyusun kesimpulan-kesimpulannya yang selanjutnga dijadikan sebagai proposisi bagi sebuah kesimpulan akhir.
Maka sejarah filsafat pada dasarnya hanyalah "sejarah membangun berbagai madzhab, menolaknya dan kemudian membangun madzhab-madzhab yang baru".
Haduuuh, sampai disini paham nggak sahabat sahabati?
Paham nggak paham tetep mimim lanjutin ya
4. Filsafat dalam Arti Universal
Dalam arti ini, filsafat berarti pengetahuan terhadap wujud ( Being ) dalam universalitasnya dan bukan partikularitasnya.
Arti seperti ini akan terlintas dalam benak kita, ketika kita melakukan komparasi ( perbandingan ) antara filsafat dengan ilmu-ilmu partikular ( juz'iyah ) yang mengkaji alam ini dalam berbagai aspeknya.
Misalnya ilmu alam yang mengkaji bagian-bagian yang bersifat material dan fenomena-fenomena alami yang muncul darinya, seperti panas, cahaya, suara, dan lain sebagainya.
Herbert Spencer ( filsuf Inggris, 1820-1903 M ) pernah mengatakan bahwa "Ilmu ialah pengetahuan yang menyatukan hal-hal yang ada, ( Being ) secara parsial ( partikular ), sedangkat filsafat menyatukannya secara sempurna".
Lah, terkait dengan arti universal filsafat tersebut, mbah Plato juga pernah mendeskripsikan "filsuf sebagai orang yang mampu melihat alam kosmik secara menyeluruh sekaligus menguasai zaman secara menyeluruh pula".
Pernyataan mbah Plato ini membuat saya ditanya oleh salah seorang teman saya di medsos, sebut saja namanya Bu Bang ( Bunga Bangkai )
Dia berkomentar seperti ini...
"Waoooooooooow, jadi filsuf itu hampir mirip dengan Nabi donk mas penulis yang ganteng?"
Kemudian saya jawab....
"Emmmmm, bisa jadi, bisa jadi, bisa jadi"
Wkwkwkwk, gimana menurut kalian sahabat/sahabati?
Lanjuuuut?
Oke next....
Pendapat mbah Plato diatas senada dengan ungkapan Doktor Zakaria Ibrahim dalam bukunya Mabadi' Al-falsafah wa Al-akhlaq, Kairo, 1962, halaman. 12 yang berbunyi "tugas seorang filsuf adalah mempercayai apa yang diucapkan oleh zaman dan waktu, bukan yang diucapkan oleh detik dan jam, serta cenderung pada dimensi ada ( Being ) dan bukan kepada berbagai objeknya.
5. Filsafat dalam Arti Hikmah Kehidupan
Dalam arti ini, filsafat diartikan dalam arti yang mencerahkan kehidupan sesuai dengan tuntutan akal. Filsuf bukanlah seseorang yang hidup diatas menara gading dan mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat seperti yang selama ini digambarkan oleh banyak orang.
Sebaliknya, filsuf begitu menyatu dengan masyarakat dan berbagai persoalannya.
Filsuf dalam menghadapi persoalan dalam realitas masyarakat tidak hanya mengamati dan memikirkannya saja untuk memahami dan menafsirkannya, namun juga memanfaatkan situasi ini untuk mencapai berbagai solusi serta mengarahkan menuju suatu bentuk kehidupan yang lebih utama, baik untuk pribadi maupun masyarakat.
Orientasi untuk mengarahkan kehidupan ini bukan sesuatu yang baru dalam dunia filsafat.
Kita lihat Plato, sejak masa Yunani beliau sudah menggambarkan "Masyarakat Manusia" seperti yang dicita-citakannya.
Dalam deskripsinya, Plato berusaha untuk menghilangkan berbagai aib (cela) yang ada dalam masyarakat, yaitu dengan membuat pola reformasi umum.
Tak hanya Plato, Karl Marx dengan mengusung filsafat materialismenya mengkritik habis filsafat klasik yang hanya menafsirkan alam dan memandang hal tersebut tidak benar.
Tugas filsafat adalah bekerja untuk merubah alam, karena menurut Marx, dengan merubah alam manusia akan merubah dirinya dan akan membentuk suatu hukum baru yang memudahkan jalannya sejarah.
Filsafat Pragmatisme juga mempunyai orientasi ini.
William James, salah satu tokoh filsafat Pragmatisme yang paling terkenal menyatakan, "filsuf dalam arti yang sesungguhnya adalah seseorang yang berfikir untuk merealisasikan suatu manfaat yang dicarinya".
Orientasi filsafat kontemporer ini memberi kesempatan kepada sebagian pemikir untuk membicarakan filsafat politik berbagai negara dalam buku-buku mereka.
Salah satu contohnya adalah blog saya ini
Eitz... Gak boleh komentar dulu, masih ada lanjutannya
Jika diperhatikan secara seksama, perbuatan keseharian sahabat mencerminkan bahwa pada dasarnya sahabat selalu berfilsafat.
Sebagai individu, seringkali kita terpaksa untuk menganalisa perbuatan-peebuatan kita, mengoreksi penilaian dan mempertimbangkan ukuran-ukuran (standar) yang kita buat.
Tak hanya itu, kita juga membatasi hubungan kita, baik dengan alam maupun dengan orang lain ataupun yang lainnya.
Sepanjang kita memahami filsafat sebagai sebuah proses kritik, analisa dan evaluasi terhadap kehidupan, maka kehidupan kita sesungguhnya nyaris tidak pernah terpisah dari filsafat.
Oke demikian yang dapat saya informasikan kepada sahabat/i semua, di postingan yang akan datang sudah mulai masuk materi ya
0 $type={blogger}:
Post a Comment
Berikan komentar anda dengan bijak tanpa mengandung unsur SARA