JADIKAN AKU JANDA [PART 1]




Tinininit..!!
Tinininit....!!

Klik!

Bunyi alarm ponselku berbunyi cukup kencang, aku bangun dan segera mematikannya. Sambil terduduk diatas ranjang, ku toleh sang suami yang masih terlelap disampingku. Wajah lelahnya terpampang jelas hingga tak tega rasanya aku mau membangunkannya. Tapi mau bagaimana lagi? Pagi ini ia masih harus berangkat kerja.

"Oekkk!!... Oeekkk!!"

Yap, alarm kedua mulai ikut berbunyi. Kali ini putra kecilku yang menangis karena lapar, aku pun turun dari ranjang dan berjalan kearah Ziyad, putraku.

Sebagai seorang istri, ini semua sudah biasa ku jalani. Bangun subuh, susui Ziyad, bangunkan Suamiku, mempersiapkan segalanya termasuk sarapan dan pakaian kerja suami, dan masih banyak lagi. Begitulah sibuknya seorang istri, resiko karena tak ingin memiliki pembantu.

"Sayaang..?"

Panggil suamiku di saat aku tengah sibuk menyusui Ziyad. Karena tak bisa berbuat banyak, biasanya Mas Rahmat mengerti dan ia sendiri yang datang menemuiku ke kamar anak kami. Tak lama kemudian, ia datang dengan tubuh yang basah dan tak tertutup. Aku hampir berteriak, sampai akhirnya aku sadar kalau kami sudah menikah.

"Ke..kenapa, Mas?" Tanyaku sedikit kesusahan karena sambil mengendong Ziyad, Rahmat menunjukkan sebuah botol sampo di tangannya.

"Samponya habis, yang baru kamu taruh dimana?"

"Kan Mas juga pasti tau, di tempat biasa." Jawabku sambil menunjuk kearah dapur. Ia pun pergi membawa tubuh bugilnya.

Semuanya hampir selesai. Ziyad sudah tidur kembali, Rahmat sudah rapih dan menghabiskan sarapannya, garasi sudah terbuka, tinggal menunggu ia siap untuk berangkat.

"Aku berangkat, ya." Ucapnya seraya menyeruput kopinya yang hampir habis itu.

Aku berjalan keluar mengikuti suamiku. Ia menyodorkan tangannya untuk salim.

"Mau dibeliin apa untuk makan malam?" Tanya Rahmat, aku menerawang sebentar.

"Emm... Aku mau ayam."

"Bakar? Goreng? Sayur? Yang jelas dong." Ungkapnya, sambil tertawa renyah.

"Ya sedapatnya aja, kalo dapet ayam hidup juga boleh." Balasku melawak, kami tertawa lepas.

"Yaudah deh, aku berangkat dulu ya."

"Iya, hati-hati, Mas. Pas sampe langsung  WhatsApp aku ya."

Rahmat masuk kedalam mobil dan pergi ke kantornya. Kini tinggal tersisa duniaku yang sendirian. Aku menarik nafas panjang dibarengi langkahku kembali masuk kedalam rumah.

Kehidupan keluarga kami begitu monoton, tak ada sesuatu yang mengejutkanku. Apa mungkin Rahmat yang terlalu baik dan berkecukupan? Entahlah. Selama ia tak jahat pada kami, aku selalu mencoba untuk mencintainya dengan tulus.

Mencoba?

Ya, kami menikah karena dijodohkan ketika usiaku masih sangat muda, yaitu 17 tahun. Berbeda dengannya yang terbilang sudah matang untuk menjadi seorang Ayah, usia Rahmat saat itu 28 tahun. Kaget? Begitupun denganku saat itu. Tapi setidaknya perjodohan tersebut sudah menolongku dari tawaran kuliah yang terus dipaksa Ibu.

Aku benci belajar.

Apalagi yang akan menikahi ku adalah seorang Pria yang cukup mapan. Siapa yang tak tergiur? Di kepalaku muncul perkataan 'buat apa susah-susah kuliah kalau malah dinikahi Pria kaya?'.

Tapi ternyata semuanya tak berjalan mudah. Apalagi aku harus merelakan pacarku, Erik. Setelah Rahmat melamarku, aku langsung memutuskan Erik. Padahal saat itu ia masih sangat mencintaiku, malah ia sudah membuat sebuah planning kedepannya untuk hidup denganku. Payah! Egois! Aku benci diriku saat itu.

Aku berjalan kearah ruang keluarga dan merebahkan tubuhku disofa.

"Erik, ya? Sedang sibuk apa dia sekarang?" Gumamku yang tiba-tiba muncul wajah pria lugu tersebut dalam kepala.

Tanganku pun bergerak sendiri dan meraih ponselku yang tergeletak di meja. Jari jemariku tanpa sengaja mencari namanya di beberapa sosmed.

Sial, namanya cukup pasaran. Aku tak bisa menemukan 'Erik' yang ku maksud. Ku letakkan lagi ponselku menyerah. Lagian buat apa aku mencari namanya lagi?

'ah.. kan cuma mau tau kegiatan dia doang.' ucap hati kecilku.

Tring!!

Suara notiv dari ponsel, kutebak itu pasti dari Rahmat. Aku agak malas mengambilnya, paling ia hanya memberikan kabar kalau sudah sampai kantor.

Tunggu dulu, ini kan baru 15 menit setelah ia pergi tadi. Biasanya satu jam kurang ia baru sampai kantor.

Dengan cepat tanganku segera meraih ponsel yang seolah memanggil-manggil namaku. Siapa? Dari siapa notiv tersebut?

Ada pesan dari Instagram. Namanya aneh, tapi dari foto profilnya yang bergambarkan sebuah mobil sport jelas-jelas kalau ini akun Laki-laki. Masih ada saja Pria misterius yang mencoba mendekatiku, padahal sudah jelas ada foto Anakku disana.

Karena penasaran, lebih baik ku baca saja pesannya.

[Hai?] katanya.

Aku tak menjawab apapun, tapi yang jelas ia tahu aku sudah membaca pesannya. Dasar laki-laki nggak jelas.

Tring!!

Dengan cepat ia mengirim pesan lagi padaku, mungkin karena ia tahu aku sedang Aktif saat ini.

[Masih ingat nggak?] Tanya Pria tersebut. Terkesan sok kenal, tapi malah membuatku makin tertantang. Toh aku sedang bosan sekarang, apa salahnya meladeni sedikit si Pria aneh ini.

[Nggak tau, emangnya siapa?] Balasku sedikit mencoba agar percakapan ini tak berhenti.

Sudah lewat 5 menit, lama juga ia balas pesan ku. Karena lama menunggu, akhirnya aku tinggalkan percakapan tersebut. Mungkin Pria itu baru saja menyadari kalau ada foto Anakku disana dan memutuskan untuk tak jadi berkenalan.

Tringg!!

Sial! Apa sih maunya?

[Jahat. Ini aku, Erik.]

Aku masih memandangi pesan tersebut cukup lama karena tak percaya, Erik yang malah mengirim pesan padaku lebih dulu.

(Bersambung...)

Part 2 klik disini

JADIKAN AKU JANDA [PART 1] Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Sukabaca

1 $type={blogger}:

Berikan komentar anda dengan bijak tanpa mengandung unsur SARA