Part sebelumnya klik disini
" Kamu yang ngatain anggota saya anjing ya? ", tanya sang komandan kepadaku dengan nada keras membentak khas tentara.
" Siapa yang bilang anjing? " tanyaku dengan nada santai kepada sang komandan dan puluhan anggotanya. Mendengar pertanyaan itu mereka celingukan macam orang linglung, lalu kembali sang komandan mencoba menekan saya dengan mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah saya sambil berteriak-teriak " ya kamu yang bilang!!! jangan sok nggak tau kamu!!! ".
Mendapatkan perlakuan demikian darahku langsung memuncak dan balik berteriak didepannya " Kamu dengar sendiri nggak kalo aku bilang anjing sama anggotamu itu? Jawab!!!..... Oooh gini menwa? ditanya gak mau jawab? seperti ini yang diajarkan di menwa? jawab woy!!! " sang komandan hanya diam sambil menatapku dengan tatapan sangarnya, karena emosiku sudah berada dititik puncak tanpa sadar tangan kiriku melayang dan mendarat tepat di kepala manusia itu, perkelahianpun tak dapat dihindarkan lagi.
Melihat aku yang dikeroyok oleh puluhan menwa, maba lain dan panitia pelaksana langsung maju untuk membantuku, namun aku yang masih dalam kendali khodam yang menjagaku sejak kecil akupun tak dapat membedakan mana lawan dan mana kawan.
Mataku gelap gulita, tubuhku terasa ringan seperti sedang terbang hingga aku merasakan seperti ada yang menarik kepalaku. Benar saja, mas Dilah seniorku ketika dipesantren dulu tengah jongkok didepanku, sambil memegang kepalaku ia menggunakan kemampuannya untuk mengembalikan kesadaranku, " Mal, cukup mal, jangan diteruskan lagi, kamu bisa membunuh banyak orang kalau seperti ini terus " kata mas dilah kepadaku.
Setelah kesadaranku kembali seutuhnya akupun meminta maaf kepada mas dilah karena telah lepas kontrol, setelah keadaanku normal kembali aku disuruhnya untuk kembali ke kelompok ku.
Setelah kejadian yang aku alami pagi itu tidak ada satupun menwa yang menegur atau memarahiku, dan kelompok ku pun aman-aman saja tidak ada hukuman yang kami terima hingga malam inagurasi berlangsung.
******************************
Masa pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan telah berakhir, kini hari-hariku disibukan dengan tugas-tugas kuliah, setelah mengikuti satu mata kuliah dengan 3 sks akupun berjalan menuju kantin untuk membeli kopi dan menikmati sebatang rokok untuk menyegarkan otak sambil menunggu jam masuk kelas berikutnya.
Ditengah perjalaan mataku tertuju dengan gerombolan mahasiswa-mahasiswi yang sedang duduk-duduk ngobrol dengan background bendera yang tak tak asing di otak ku tertempel di tembok belakang tempat mereka nongkrong, ya, itu adalah logo yang aku cari-cari selama ini.
Aku selalu mencari logo itu karena sebelum berkuliah di kampus ketigaku ini, ayahku memberikan pengarahan kepadaku, " Mal, nanti kalau kamu kuliah di sana kamu ikut PMII ya ".
"Kenapa harus ikut PMII pih?" tanyaku kepada beliau meminta penjelasan.
" Papih ini orang NU mal, hidup dan mati papih untuk berjuang di jalan Allah melalui Jam'iyah Nahdhlatul Ulama (NU), dan sampai kapanpun anak cucu papih harus mengabdi kepada Allah melalui NU, nah kamu sebagai anak laki-laki papih yang terbesar harus meneruskan perjuangan papih di NU, PMII itu tempatnya para pejuang NU ditempa agar tetap dapat berdiri kokoh meskipun diterjang badai, yang dapat menjadi anggota PMII hanyalah mahasiswa, jadi kamu harus memaksimalkan kesempatan ini" kata beliau sambil menatap dalam kepadaku.
Karena pesan itulah akhirnya aku selalu mencari keberadaan organisasi itu di kampus baruku ini.
Dan ternyata hari ini aku melihat logo itu didepan mataku, tentu saja kesempatan ini tidak ku sia-siakan, aku langsung berjalan menuju ketempat mereka nongkrong " Maaf kak, ini tempat pendaftaran PMII ya? " tanyaku kepada orang-orang yang ada disana.
" Iya betul dek, gimana ada yang bisa saya bantu? " kata seorang mahasiswi cantik yang duduk sambil memegang beberapa lembar kertas.
" Alhamdulillah, saya mau daftar PMII kak, caranya bagaimana ya? "
" Ooooh iya, kamu isi saja formulir ini dek, nanti kamu ikut masa penerimaan anggota baru (MAPABA) "
" Oh iya kak saya mau, eh tapi maaf kak, bayarnya berapa ya? hehe " tanyaku dengan senyum takut uangnya tidak cukup buat bayar registrasinya.
" Biaya registrasinya Rp. 35.000,- dek "
" Aduh mampus aku, uangku cuma sisa 20.000 " gumamku dalam hati.
" Kak, kalau bayarnya kurang gimana? pelunasannya besok? soalnya uangku cuma sisa 20.000 kak " tanyaku kepada mahasiswi cantik itu agar pikiranku plong.
" Kamu isi formulir dulu aja, bayarnya besok seklian, itu uangnya kamu pegang dulu aja buat pegangan kamu kuliah hari ini, makul kamu sampai sore kan? "
Alhamdulillah, lega rasanya mendegar jawaban tersebut, " heheh kok tau sih kak kalau makulku sampai sore? "
" Ya taulah dek, akukan juga kuliah disini, dan aku pernah jadi maba kaya kamu sekarang hehe..." jawabnya renyah kepadaku.
" hehehe iya ya, makasih ya kak, mana formulir yang harus saya isi kak? "
Bersambung...
0 $type={blogger}:
Post a Comment
Berikan komentar anda dengan bijak tanpa mengandung unsur SARA